2025/03/23

MITOS DAN KOSMOLOGI SUMBER PENGETAHUAN ORANG JAWA

Gatot Sarmidi

 

Dbinstitute.id - Di Jawa memiliki banyak mitologi. Anak-anak Jawa di zaman dahulu pasti mengenal cerita Dading Melati, Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, Joko Tarup, Dewi Nawang Wulan, Nyi Blorong, Nyi Pelet, Keris Nagasastra. Semua cerita itu merupakan bagian dari cerita rakyat Jawa.

 

SUMBER PENGETAHUAN ORANG JAWA

Folklor Lisan yang berkaitan dengan sastra lisan Jawa mengkategorikan cerita rakyat yang berkaitan dengan dewa dewi, kepercayaan, keyakinan disebut dongeng atau mitos. Dongeng-Dongeng tersebut didasari oleh mitologi orang Jawa. 

 

Bagi masyarakat Jawa, mitos dan kosmologi bukan sekadar cerita kuno. Mitos dan kosmologi Jawa merupakan  gambaran yang menurunkan adanya kesatuan harmonis antara  alam semesta dengan alam pikir manusia.

 

Sastra Jawa masa lalu dikenal sebagai sastra lisan yang menyimpan kearifan lokal. Tak hanya pada mitos dan kosmologi. Cerita sejarah lokal, legenda, sage pun juga mewarnai alam berpikir orang Jawa.

 

Nilai-nilai moral, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai budaya terikat erat dalam khasanah kesusastraan lisan Jawa. Bahkan, bagi anak-anak Jawa atau masyarakat Jawa, cerita-cerita seperti Legenda  Terjadinya Ranu Grati, Legenda Rara Anteng dan Joko Seger, Legenda Gunung Bromo, Legenda Gunung Batok, Legenda Banyuwangi, Legenda Dam Bagong Trenggalek merupakan contoh cerita yang berteman dengan kosmologi Jawa.

 

Setiap cerita memiliki keterkaitan erat secara ideologis. Tak hanya masalah arketipal secara antropologis, mitos dan kosmologi Jawa hidup di alam tradisi yang ada di sejumlah wilayah di Jawa. Sejumlah cerita bersumber dari mitos dan kosmologi Jawa tak hanya berupa hiburan yang menyenangkan anak-anak melainkan menjadi fondasi filosofis orang Jawa.

 

Secara filosofis dunia fiktif mampu menjadi inspirasi yang mendasari pandangan hidup, tata nilai, dan interaksi sosial. Masyarakat Jawa mampu hidup dengan landasan kerukunan dan bergotong royong. Mereka hidup bersama saling membantu antarsemama. Hidup harmoni sesama tetangga saling menjaga perasaan, saling menghormati, dan bertoleransi, saling asah asih asuh, saling menjaga kehormatan dan menjunjung tinggi moralitas, etika, adat istiadat, tata nilai, dan tata norma yang terintegrasi dalam kehidupan masyarakat secara nyata.

 

Kosmologi Jawa menghadirkan sisi kemanusiaan dan alam. Keduanya terjalin erat, membentuk kerangka pemahaman tentang eksistensi, hubungan antara manusia dan alam, serta kekuatan-kekuatan spiritual yang diyakini memengaruhi kehidupan.

 

Kosmologi Jawa menjabarkan bahwa alam semesta itu  bertingkat dan berpusat. Contoh pada cerita rakyat Joko Tarup dan Dewi Nawangwulan menyadarkan bahwa di dunia ini tak hanya berisi manusia tetapi juga ada bidadari yang berasal dari alam dewa-dewi. Manusia hidup di bumi. Tapi, tak hanya bumi sebagai alam tempat tinggal makhluk hidup melainkan juga ada langit yang disebut sebagai alam khatangan tempat dimana Dewi Nawangwulan berasal. Perpaduan langit dan bumi memunculkan Nawangsasi, sebagai simbol langit yang meliputi cuaca, rotasi planet pada matahari, tata surya, musim, dan penanggalan Jawa.

 

Kosmologi Jawa tradisional menggambarkan alam semesta sebagai struktur bertingkat dengan poros utama yang menghubungkan dunia atas (tempat para dewa dan roh leluhur bersemayam), dunia tengah (tempat manusia hidup), dan dunia bawah (alam kegelapan atau tempat kekuatan negatif). Gunung Meru seringkali dipandang sebagai representasi poros kosmik ini.

 

Sebagai bentuk transformasi cerita, mitologi dan kosmologi Jawa terekspresikan dalam berbagai macam tradisi, misalnya tradisi petik laut, nyadran, sedekah bumi, petik padi, dan berbagai macam tradisi selamatan lainnya. Transformasi cerita berkembang menjadi luaran seni budaya terus dikembangkan sebagai bentuk kreasi dan investasi industri kreatif yang patut dikembangkan. Tak hanya berbicara pada pemertahanan dan kelestarian seni budaya tetapi juga pada industri pariwisata.

 

Tradisi kesenian di Malang, dan beberapa aktivitas dari sanggar dan padepokan pendidikan dan pembinaan kesenian contohnya menunjukkan potensi itu. Malang memiliki gudang seni, tari, ludruk, wayang topeng, kuda lumping, dan bantengan memanifestasikan pada mitos dan kosmologi Jawa.

 

Berkaitan dengan resistensi seni dan budaya yang berkembang di masyarakat sebagai sumber pengetahuan berbasis mitologi dan kosmologi yang hidup mentradisi di masyarakat tersebut.  Demikian besar peran perguruan tinggi berperan serta membina kehidupan masyarakat dalam menggali potensi sumber daya masyarakat. Terkait dengan pendidikan, pembinaan, dan pemajuan budaya.

 

Penulis: Dr. Gatot Sarmidi, M.Pd dosen Unikama.

 

Postingan Terkait