2025/03/26

Versöhnung: Rekonsiliasi dalam Kenangan

Tentang Kenangan
Oleh Lukman H. Setiawan

Rekonsiliasi dalam Kenangan



Versöhnung

 

Ooohhh ....

Ku menembus ruang dan waktu

Terjalin gelak tawa, sedih dan merayu

Bersanding bersama dirinya

- Rio Clappy

 

Tubuhnya kejang. Anak bungsunya berusaha menenangkannya, Pa, istighfar, Pa. Istighfar. Ujarnya berulang sambil berlinang air mata. Isteinya menepuk-nepuk pundaknya sambil menangis.

 

Aku hanya bisa terdiam. Berdiri mematung di ujung bed ruang IGD saksikan itu semua. Waktunya sudah dekat. Hanya menghitung hari.

 

Besok, jika tak dioperasi maka Bapak akan meninggal. Ucap dokter syaraf yg menangani. Darah sudah memenuhi kedua sisi otaknya. Sambungnya sambil menunjukkan hasil foto CT-Scan.

 

Pernah di suatu waktu hubungan kami tak baik2  saja. Kau bagaikan musuh bagiku. Tak ingin aku berada seruangan denganmu. Apalagi berdekatan. Aku selalu menghindarimu. Bukan karena kau menyeramkan, berperilaku jahat ataupun suka marah.

 

Tidak. Bukan karena itu. Tapi karena kau selalu membicarakan kepercayaan kita yang berbeda dan itu yang buatku enggan.

 

Waktu pun berlalu. Aku harus pergi dan kitapun terpisah ruang dan waktu. Pada suatu saat di mana seolah berbagai macam masalah dan pertanyaan eksistensi mengepungku, yg membuatku merasa tertekan dan bimbang dan butuh seorang untuk mendengar keluh kesah,  entah mengapa kau orang yg kuingat.

 

Akupun menelponmu dan kitapun saling bercerita. Di ujung perbicangan aku mintamu unt mendoakanku. Dan jawabmu itulah yg membuatku sadar bahwa selama ini aku telah salah menganggapmu sebagai musuh.

 

Katamu: sehabis Sholat, Papa selalu mendoakanmu Nak, mendoakan keselamatanmu, kesehatanmu, kebahagiaan dan juga kesuksesanmu. Selalu Nak. Selalu.

 

Sejak saat itu, aku menyadari kesalahanku dan mohon ampun pada Tuhan. Perlahan luka batin yang ditimbulkan dari amarah yang terpendam itupun sembuh.

 

Setiap kali telpon ataupun berkirim surat, aku bisa bercerita apa saja kepadamu tanpa ada rasa enggan. Aku telah berdamai dengan musuhku yg juga Papaku.

 

Berdamai, mengadakan perdamaian atau rekonsiliasi dalam bahasa Jerman berarti Versöhnung dan kata sohn (anak laki-laki) sebagai kata dasarnya.

 

Jadi Versöhnung bisa diartikan sebagai: menjadikan sebagai anak laki-lakk. Kata ini mengacu pada kisah anak yang hilang dalam Evangelium.

 

Itu pula yang aku rasakan saat itu. Saat luka batinku sembuh dan bisa berdamai denganmu.

 

Aku merasa sebagai seorang anak yang hilang, yang dengan berbagai macam masalah pulang dan kau menybutnya,  memeluknya, mengadakan pesta dan menerima kembali sebagai anakmu.

 

Anakku pulang. Anakku pulang. Anakku yg pergi dan hilang kini telah pulang kembali.

 

Aku hanya terdiam. Berdiri mematung. Aku sadar kau berada di penghujung waktu. Akupun siap melepasmu pergi. Dan 10 hari kemudian, di pagi itu kaupun pulang ke keabadian.  ke tempat di mana tak ada lagi rasa sakit dan duka lara.

 

Beristirahatlah dalam damai, Pa.

Du fehlst mir.

 

 

Oooohhh

Ku menembus ruang dan waktu

Terjalin gelak tawa, sedih dan merayu

Bersanding bersama dirimu


Postingan Terkait